Menurut periset di Australia, printer dapat membahayakan jantung. Printer laser de-ngan daya cetaknya yang cepat, menjadi tren di kantor-kantor elit karena bisa membuat kerja semakin efisien.
Namun, menurut ahli kesehatan Lidia Morawska dari Universitas Queensland, Australia, printer laser dapat membahayakan jantung. Setiap bekerja, printer laser mengeluarkan partikel-partikel yang berbahaya.
Partikel itu keluar saat tinta mulai tercetak dan hanya sebesar asap rokok dan asap yang keluar dari kendaraan bermotor. Bahaya yang ditimbulkan pun hampir sama dengan asap tersebut.
Partikel-partikel itu dapat masuk lewat saluran pernafa-san dan kemudian menimbulkan iritasi. Iritasi itu akan memicu peredaran darah di jantung yang mengakibatkan gangguan pada organ tubuh penting ini.
Kepada para pengelola perkantoran tim periset menyarankan untuk tidak menaruh printer di meja pekerjanya. Ada baiknya printer ditaruh jauh dari tempat pekerja duduk sehingga tidak menimbulkan efek samping. [yahoonewws/htb/www.hidayatullah.com]
Beberapa orangtua memutarkan musik Mozart untuk bayinya dengan harapan buah hatinya tumbuh menjadi anak yang jenius atau paling tidak memberinya pengalaman ketika mulai bersekolah. Di lain pihak irama musik ternyata juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbahasa.
Paling tidak inilah pengaruh yang terlihat dari kemampuan para pemusik dalam membedakan lafal ucapan. Para pemusik memiliki kemampuan lebih baik dalam membedakan suara ucapan dibanding selain pemusik. Temuan hasil penelitian ini kemungkinan dapat juga menjelaskan mengapa terapi musik kadang-kadang membantu anak-anak belajar berbahasa dan membaca.
Kemampuan berkata sudah dilatih sejak bayi dari percakapan orang-orang di sekitarnya. Namun, mendengarkan orang bercakap-cakap relatif lebih kompleks dari yang diperkirakan. Otak harus menyusun satu suara tunggal - disebut fonem - yang menyusun kata dengan tepat dan tidak boleh tertukar. Misalnya, membedakan antara ucapan "ba" dan "da" yang hanya berselisih 40 milidetik. Masalah dalam membedakan keduanya merupakan penyebab kesulitan membaca pada anak-anak penderita disleksia. Tapi, penelitian telah menunjukkan bahwa menyanyi dan permainan irama akan memperbaiki cara pengucapan dan kemampuan berbahasa para penderita disleksia.
Itulah yang membuat Gaab dari Massachusetts Institute of Technology di Cambridge penasaran apakah musik dapat meningkatkan kemampuan seorang anak untuk membedakan perubahan suara yang begitu cepat. Ia dan koleganya kemudian mengumpulkan 14 pemusik dewasa yang telah belajar musik sebelum berusia 7 tahun dan terus berlatih paling tidak beberapa jam setiap minggu. Mereka kemudian membandingkan kemampuan membedakan ucapannya dengan 14 orang selain pemusik yang memiliki umur, jenis kelamin, dan kemampuan dasar bahasa yang sama.
Para peneliti memintanya untuk mendengarkan sepasang lafal ucapan yang mirip. Mereka diminta menyatakan apakah keduanya sama atau tidak. Kemudian, kedua lafal ucapan dibuat semakin mirip hingga mereka tidak dapat membedakannya sama sekali.
Kelompok yang menguasai musik ternyata dapat membedakannya dengan lebih baik. Ketika pemusik dan selain pemusik dihadapkan pada sepasang lafal yang hanya berbeda frekuensi, atau disebut pitch, pemusik lebih mahir meskipun selisih waktunya sangat kecil. Mereka dapat mengenali perbedaan jarak antara vokal dan konsonan seperti pengucapan yang sangat mirip misalnya "ka" dan "ga". Saat waktu dan frekuensi dibedakan, misalnya pada perbedaan yang besar seperti "ba" dan "wa", para pemusik jauh lebih baik dalam membedakannya dibandingkan yang bukan pemusik. Latihan tersebut akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengkategorikan setiap bentuk ucapan sehingga mungkin inilah yang memperbaiki memori para pemusik. Demikian disampaikan Gaab dalam presentasinya di depan pertemuan Society of Neuroscience.
Ahli ilmu otak (neuroscientist) Robert Zatorre dari McGill University di Montreal, Kanada, menyatakan bahwa kesimpulan ini sangat berarti. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan jenis latihan musik seperti apakah yang mungkin memperbaiki kemampuan berbahasa.
Sumber: http://www.sciencemag.org/
Biasanya orang gemuk identik dengan mereka yang gemar makan dan tidur. Tapi sebuah penelitian berkata lain. Berdasar riset yang dilakukan baru-baru ini, orang yang kurang tidur justru lebih mudah mengalami kegemukan.
"Orang yang tidur kurang dari delapan jam sehari menunjukkan gejala-gejala menjadi lebih gemuk," kata Dr Shahrad Taheri, salah seorang peneliti yang menuliskan riset ini di journal Public Library of Science Medicine.
Hal ini disebabkan karena orang yang tidur dalam waktu pendek memiliki kandungan ghrelin lebih tinggi dan kandungan leptin rendah. Ghrelin adalah hormon yang memicu meningkatnya nafsu makan, sedangkan leptin, sebaliknya, menyetop keinginan seseorang untuk makan.
Nah, bila kandungan ghrelin seseorang tinggi, ia akan merasa lapar terus menerus. Padahal dalam kasus orang kurang tidur, leptin menjadi rendah, jadi tidak ada hormon yang menghentikan keinginan makan itu.
"Bila Anda tidak kekurangan tidur, Anda akan lebih mudah mengendalikan rasa lapar Anda dan menjaga agar tidak menjadi terlalu gemuk," ujar Dr. Eve Van Cauter, seorang Profesor Kesehatan di Universitas Chicago, yang terlibat dalam riset.
Dalam eksperimen yang dilakukan terhadap sekitar 1.000 orang sukarelawan, dijumpai bahwa orang-orang yang hanya tidur selama lima jam memiliki ghrelin 15 persen lebih banyak dibanding yang tidur delapan jam. Mereka yang kurang tidur juga memiliki leptin 15 persen lebih sedikit.
Selanjutnya, Dr Taheri juga mengatakan, ada bukti-bukti bahwa anak-anak berusia dua tahun sekalipun memiliki resiko menjadi gemuk bila kurang waktu tidur. "Kita harus menyadari bahwa tidur bukanlah kegiatan yang membuang-buang waktu. Kita harus menyadari dampaknya bagi kesehatan kita."
Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan di Universitas Chicago, ditemukan, orang-orang yang tidur hanya empat jam tiap malam selama dua malam mengalami penurunan leptin sebanyak 18 persen dan peningkatan ghrelin hingga 28 persen. Mereka yang kurang tidur juga cenderung mencari makanan manis dan berlemak.
Memang ada beberapa orang tertentu yang tidak menjadi gemuk walau tidurnya sebentar saja. Mantan Perdana Menteri Inggris, Margareth Thatcher misalnya, hanya tidur empat jam sehari dan tidak menjadi terlalu gemuk. Begitu pula dengan Napoleon dan Hitler.
Namun dalam kebanyakan kasus, seperti pada Winston Churchill, kecenderungan kurang tidur menyebabkan gemuk berlaku. Pria yang hanya tidur beberapa jam ini tidak bisa dikatakan langsing.
Jadi, bila Anda merasa terlalu gemuk atau gampang lapar, coba tengok pola tidur Anda. Jangan-jangan penyebabnya adalah jam tidur yang kurang. (bbc.co.uk/Rtr/wsn)
Michael Guriaan dalam bukunya What Could He Be Thinking? How a Man’s Mind Really Works menjelaskan, perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan terletak pada ukuran bagian-bagian otak, bagaimana bagian itu berhubungan serta cara kerjanya. Perbedaan mendasar antarkedua jenis kelamin itu adalah:
1. Perbedaan spasial
Pada laki-laki otak cenderung berkembang dan memiliki spasial yang lebih kompleks seperti kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik. Tak heran jika laki-laki suka sekali mengutak-atik kendaraan.
2. Perbedaan verbal
Daerah korteks otak pria lebih banyak tersedot untuk melakukan fungsi-fungsi spasial dan cenderung memberi porsi sedikit pada daerah korteksnya untuk memproduksi dan menggunakan kata-kata. Kumpulan saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan atau corpus collosum otak laki-laki lebih kecil seperempat ketimbang otak perempuan. Bila otak pria hanya menggunakan belahan otak kanan, otak perempuan bisa memaksimalkan keduanya. Itulah mengapa perempuan lebih banyak bicara ketimbang pria. Dalam sebuah penelitian disebutkan, perempuan menggunakan sekitar 20.000 kata per hari, sementara pria hanya 7.000 kata!
3. Perbedaan bahan kimia
Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang membuatnya bersikap tenang. Tak aneh jika wanita lebih kalem ketika menanggapi ancaman yang melibatkan fisik, sedangkan laki-laki lebih cepat naik pitam. Selain itu, otak perempuan juga memiliki oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia dengan manusia lain atau dengan benda lebih banyak. Dua hal inimempengaruhi kecenderungan biologis otak pria untuk tidak bertindak lebih dahulu ketimbang bicara. Ini berbeda dengan perempuan.
4. Memori lebih kecil
Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar ketimbang pada otak pria. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara wanita bisa mengingat segala detail. *** (intisari)