Hajatan nasional yang bernama PEMILU memang luar biasa. Selain membutuhkan biaya yang luar biasa besar, juga juga menyedot begitu banyak energi dari seluruh rakyat di negeri ini.
Banyaknya peserta pemilu kali ini dibandingkan Pemilu 2004 menunjukkan bahwa menjadi wakil rakyat adalah sesuatu yang sangat menggiurkan, seperti mendapat durian runtuh, atau berkah yang luar biasa. Mungkin mereka lupa bahwa menjadi wakil rakyat adalah amanat yang harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.
Berbagai macam persiapan sudah dilakukan demi suksesnya pesta demokrasi rakyat 5 tahunan ini. Mulai dari pembahasan berbagai macam peraturan, persiapan logistik, bahkan sampai antisipasi hal2 diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari proses pemilu ini, seperti kesiapan beberapa RSJ untuk menampung caleg yang diperkirakakan akan banyak yang stress. Namun persiapan itu ternyata masih kurang. Caleg2 yang stress ternyata ada yang tidak cukup ditampung di RSJ, tapi juga... di peti mati...!!
Mungkin benar kenapa pesta rakyat ini disebut pemilu...karena Pemilu adalah...PEMbuat hatI PiLU...
Berita di bawah ini adalah secuil kisah pilu dari PEMILU...
-----------------------------
Syok Lihat Hasil Quick Count, Caleg Tewas
DENPASAR - Satu demi satu calon legislatif (caleg) yang kurang beruntung dalam Pemilu Legislatif bertumbangan. Di Bali, seorang caleg meninggal mendadak setelah mengetahui hasil penghitungan suara.
Dia bernama Putu Lilik Heliawati (42), caleg Partai Hanura untuk DPRD Buleleng. Lilik meninggal Kamis 9 April, pukul 23.00 Wita. "Dia lemas setelah mendapat laporan hasil penghitungan suara," kata Ketua Partai Hanura DPD Bali Gede Ngurah Wididana, Jumat (10/4/2009).
Sebelum tewas, Lilik sempat memantau sejumlah TPS. Namun pukul 22.00 Wita, caleg nomor tiga dapil Busungsbiu, Buleleng, ini tiba-tiba pingsan setelah menerima telpon dari salah satu tim suksesnya.
Saat tiba di RSUD Singaraja pukul 23.00 Wita, nyawa Lilik tidak tertolong. "Kata dokter, dia meninggal akibat serangan jantung. Kemungkinan karena mendengar hasil penghitungan suara," imbuh Wididana. (hri) Okezone.
Bagi anda yang terbiasa dengan Office 2003, berpindah ke Office 2007 tentu bukan perkara mudah. Tampilannya banyak sekali yang berubah. Perlu waktu untuk penyesuaian agar bisa menggunakannya selincah pada Office 2003.
Tapi sekarang tidak perlu khawatir. Sudah ada tool yang dapat membantu mengatasi masalah ini.
Yang saya suka dari software ini :
- Portable, jadi tidak perlu diinstall di komputer
- Ukurannya relatif kecil sehingga bisa disimpan di flashdisk.
- (Ini yang saya paling suka).. Gratis.. :-)
Cara menggunakannya mudah, pada komputer yang terinstall Office 2007, tinggal colokkan flash disk kalmudian jalankan programnya. Maka tampilan Office 2007 akan berubah mirip Office 2003.
Download di sini
Menurut periset di Australia, printer dapat membahayakan jantung. Printer laser de-ngan daya cetaknya yang cepat, menjadi tren di kantor-kantor elit karena bisa membuat kerja semakin efisien.
Namun, menurut ahli kesehatan Lidia Morawska dari Universitas Queensland, Australia, printer laser dapat membahayakan jantung. Setiap bekerja, printer laser mengeluarkan partikel-partikel yang berbahaya.
Partikel itu keluar saat tinta mulai tercetak dan hanya sebesar asap rokok dan asap yang keluar dari kendaraan bermotor. Bahaya yang ditimbulkan pun hampir sama dengan asap tersebut.
Partikel-partikel itu dapat masuk lewat saluran pernafa-san dan kemudian menimbulkan iritasi. Iritasi itu akan memicu peredaran darah di jantung yang mengakibatkan gangguan pada organ tubuh penting ini.
Kepada para pengelola perkantoran tim periset menyarankan untuk tidak menaruh printer di meja pekerjanya. Ada baiknya printer ditaruh jauh dari tempat pekerja duduk sehingga tidak menimbulkan efek samping. [yahoonewws/htb/www.hidayatullah.com]
Teknologi komputer telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dulu, sewaktu pertama kali saya belajar menggunakan komputer (sekitar tahun 90'an), aplikasi yang ada masih sangat sederhana. Semua perintah dilakukan dengan diketik langsung melalui keyboard.
Sejak diluncurkannya Sistem Operasi Windows, mulailah era panggunaan mouse. Hampir semua perintah dapat dilakukan dengan menggunakan mouse, meskipun masih tetap dapat dilakukan dengan keyboard melalui shortcut. Dengan mouse penggunaan komputer terasa lebih mudah dan praktis.
Namun dalam perkembangannnya, penggunaan mouse (dalam kondisi tertentu) terkadang justru terasa lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan shortcut melalui keyboard. Setidaknya itu yang saya rasakan. Penggunaan shortcut akan lebih terasa manfaatnya ketika mouse ngadat atau bagi yang tidak terbiasa menggunakan Touch Pad pada laptop.
Berikut ini beberapa shortcut yang praktis dan sering saya gunakan sehari-hari. Hasilnya jauh lebih cepat dari pada menggunakan mouse. Tidak perlu kita menghapalkannya secara khusus, karena bila sering digunakan akan hafal dengan sendirinya.
Shorcut menggunakan kombinasi tombol belogo Windows :
[Windows]+[Break] : untuk menampilkan kotak dialog [System Properties].
[Windows]+[D] : untuk menampilkan halaman utama atau desktop.
[Windows]+[E] : untuk membuka My Computer dalam Windows Explorer.
[Windows]+[F] : untuk membuka windows search result di dalam windows exporer.
[Windows]+[L] : untuk mengunci komputer (lock).
[Windows]+[M] : untuk me-minimize semua window yang terbuka.
[Windows]+[Shift]+[M] : untuk me-restore window yang telah di-minimize.
[Windows]+[R] : untuk menampilkan kotak dialog [Run]
Shortcut Navigasi Pada Windows Explorer
[Backspace] : berpindah dari sebuah subfolder ke folder induk (parent folder).
[Alt]+[D] : untuk memilih atau mempermudah mengetikkan sebuak target ke dalam address bar. Shortcut ini juga dapat bekerja pada beberapa aplikasi lainnya, misalnya Internet Explorer atau internet browser lainnya.
[Alt]+[Enter] : menampilkan kotak dialog properties dari sebuah item yang dipilih.
[Ctrl]+[A] : memilih semua item pada window yang aktif. Shortcut ini juga dapat bekerja pada banyak aplikasi lainnya.
[Ctrl]+[C] : untuk menyalin (copy) sebuah obyek (teks, file, dan folder) yang dipilih.
[Ctrl]+[X] : untuk memotong (cut) atau memindahkan sebagian atau seluruh objek (teks, file, dan folder).
[Ctrl]+[V] : untuk menempel (paste) hasil perintah copy dan cut.
[Ctrl]+[Z] : untuk membatalkan (undo) sebuah perintah. Shortcut ini juga dapat bekerja pada banyak aplikasi lainnya.
[Shift]+[del] : untuk menghapus objek yang dipilih secara permanen (tanpa melalui Recycle Bin).
[Alt]+[F4] : untuk menutup kotak aplikasi, kotak dialog, atau window lainnya secara cepat.
[Alt]+[Spacebar] : untuk menampilkan menun kontrol pada jendela aplikasi yang aktif (move, restore, minimize, maximize dan close).
Kontrol Antar Aplikasi (bila kita membuka beberapa aplikasi sekaligus).
[Alt]+[Tab] : untuk berpindah (switch) dari urutan layar aplikasi yang pertama ke akhir. Agar mudah berpindah aplikasi, tekan terus tombol [Alt], sedangkan tombol [Tab] ditekan berulang-ulang.
[Alt]+[Esc] : serupa dengan shortcut di atas namun tidak menampilhan menu cool switch
Ada yang mau menambahkan?
Baru - baru ini ditemukan gambar yang memperkuat dugaan bahwa iPhone yang diproduksi sekarang ini adalah hasil rancangan Leonardo Da Vinci. Jika diperhatikan sepintas, gambar tersebut cukup meyakinkan sebagai sebuah hasil karya orang yang sangat jenius.
Namun ketika ditelusuri sumbernya, gambar tersebut ternyata ditemukan pada sebuah .... kaos oblong.. :-))
sumber : i.gizmodo.com
Seperti apa ya bentuknya api yang dinyalakan di luar angkasa, dalam keadaan tanpa gravitasi? Ini dia gambarnya :
Pi (pie) mempunya banyak makna, tergantung siapa yang mengartikan.
Menurut seorang ahli matematika: "Pi adalah rasio dari keliling dari lingkaran dengan diameter."
Menurut seorang programmer komputer : "Pi adalah 3,141592653589 dalam presisi ganda."
Menurut seorang ahli fisika: "Pi adalah 3,14159 plus atau minus 0,000005."
Menurut seorang insinyur: "Pi adalah 22/7."
Menurut seorang ahli ilmu gizi: "Pie adalah makanan sehat dan lezat !"
Bagaimana menurut anda?
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah :
Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
Inteligensi dan IQ
Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological Age).
Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Inteligensi dan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. [o](sumber: iqeq.web.id)
Otak anak-anak sampai usia8 - 10 tahun merupakan fase yang paling peka untuk digunakan belajar bahasa. Sesudah itu perkembangan sentrum bahasa pada otak kiri akan berkurang. Hal ini menepis pendapat banyak kalangan bahwa anak yang diajarkan bertutur multibahasa bisa membuat kebingungan dan menyebabkan keterlambatan perkembangan bahasa anak.
Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa kegaguan pada anak bisa disebabkan oleh tantangan multi bahasa. Hal itu sama sekali tidak benar.
Penelitian menunjukkan bahwa jika diajarkan secara benar, belajar multibahasa pada usia dini memacu perkembangan anak secara keseluruhan. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak yang belajar multibahasa sejak usia dini biasanya lebih sukses dalam kehidupannya karena sudak terbiasa berhubungan dengan bermacam-macam bahasa. Hal ini disebabkan karena bahasa menjadi media komunikasi saat anak menjadi dewasa dan memasuki dunia kerja.
Sejak 1951 UNESCO telah merekomendasikan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pendidikan. Selain menambah rasa aman bagi balita, bahasa ibu juga memeihara identitas etnis dan juga meningkatkan kepekaan linguistik. Di seluruh dunia, komunitas yang memakai satu bahasa hanya sekitar 13 persen. Selebihnya, paling tidak menggunakan dua bahasa.
Indonesia tidak termasukdalam kategori 13 persen tersebut. Anak-anak di Indonesia pada umumnya menguasai dua bahasa, yaitu bahasan daerah dan bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelebihan dan menjadi dasar untuk mempalajari bahasa asing dengan lebih mudah. Namun yang harus diingat adalah konsep dan cara belajarnya harus dilakukan dengan benar.
Jangan dicampur
Bagaimana cara mengajarkan multi bahasa yang baik bagi anak usia dini? Kita perlu menggunakan bahasa yang kita kuasai untuk berbicara dengan anak. Jangan memakai bahasa yang bercampur-campur saat berbicara dengan anak. Misalnya ibu memakai bahasa Indonesia, ayah bahasa Inggris, nenek bahasa daerah, tidak masalah, asal tidak dicampur-campur sehingga anak menjadi bingung. Dalam mempelajari bahasa, anak-anak memahaminya dalam konteks secara keseluruhan dan kadang-kadang tanpa mengerti kosa kata yang digunakan secara detail. Secara intuitif anak belajar mengerti bahasa yang mereka dengar dengan benar sesuai perkembangannya. Prosesnya sama dengan mereka belajar bahasa ibu, yaitu tanpa mengajarkan tata bahasa, kosa kata, dan sebagainya. Dalam mengajarkan bahasa kepada anak, tidak boleh menggunakan dua bahasa dalam satu kalimat. Hal itu dapat membingungkan anak.
Metode immersion
Metode ini banyak diadopsi dalam proses pengajaran multibahasa. Metode ini tidak mementingkan tata bahasa, tapi cara pengertiannya. Bahasa selalu disampaikan dalam konteks. Klimat yang diajarkan dihubungkan dengan perbuatan. Apa yang dituturkan oleh guru dihubungkan dengan gerakan, mimik, maupun bahasa badan yang menunjang tanpa penekanan dalam tata bahasa maupun kosa kata. Cara pengajarannya menggunakan contoh, misalnya dibuatkan bentuk pesawat dari kertas untuk mengenalkan pesawat dalam bahasa yang diajarkan. Hal ini merupakan inti dari metode immerson.Dengan metode ini, anak berlatih bahasa asing tanpa harus menerjemahkanapa yang mereka dengar dan ucapkan.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pengajaran bahasa ini adalah dukungan orang tua. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya mengenalkan musik, tarian, atau makanan dari negeri asal bahasa yang dipelajarinya, juga menyediakan buku-buku, video, atau bahan lain dalam bahasa asing. Bahkan jika memungkinkan, orang tua bisa mendorong anak untuk menjalin sahabat pena dengan anak-anak dari negeri asal bahasa yang dipelajarinya. [o]sumber : REPUBLIKA